Pages

Sunday, September 17, 2006

Kutipan Paus Benediktus XVI, Antara Kecaman Dan Kesedihan


Reaksi dan komentar muncul menanggapi pidato Paus Benedictus XVI, di University of Regensburg. Sangat memprihatinkan memang kalau memberikan atau menyaksikan pemberian komentar atau kecaman hanya berdasarkan informasi yang sepotong-sepotong. Bahkan sangat berbahaya. Sebaiknya kita pun tidak menjustifikasi hanya dari keterangan pers saja.

Sehubungan dengan pidato Paus, ada beberapa sikap tepat yang patut dijelaskan. Pidato itu berjudul Glaube, Vernunft und Universität : Die Vorlesung. die Bennedickt XVI. an der Universität Regensburg gehalten hat, markiert die Grundzüge seines Denkens - Wissenschaft, Theologie, Dialog der Kulturen. Artinya: Belief, Reason and University: The lecture. the Bennedickt XVI. at the University of Regensburg , marks the fundamentals of his thinking - science, theology, dialogue of the cultures. Maaf jika terjemahannya dalam bahasa Indonesia menjadi tidak pas.

Pidato itu di tulis kira kira 2 halaman koran penuh dengan bahasa Jerman bernuansa filosofis. Jika membaca pidato itu, tidak sekeras yang di kutip surat kabar, majalah, pidato balasan, kecaman terhadap pidato Paus tersebut. Nuansanya sangat berbeda, karena disampaikan sebagai literatur (kutipan dan referensi) yang merupakan diskusi dari Kaisar Manuel II dengan lawan bicara (org Persia).

Sebenarnya, wajar sekali dalam forum ilmiah di Universitas mengutip pernyataan dari literatur. Dalam kutipan tersebut Kaisar minta penjelasan dari lawan bicaranya dengan berkata: Neues gebracht hat und da wirst du nur Schlechtes und Inhumanes finden wie dies, dass er vorgeschrieben hat, den Glauben, den er predigte, durch das Schwert zu verbreiten".Mungkin kutipan inilah yang jadi pangkal kehebohan karena hanya dibaca sepotong ini saja, dan dianggap itu pernyataan dari Paus. Padahal itu adalah kutipan dari perkataan Kaisar Manuel II (thn 1391) yang dikutip dari sebuah kitab. Jadi hanya kutipan dan bukan pernyataan.

Paus sadar akan pendengarnya dan yang dilakukan di dalam Aula Magna Univesitas Regensburg dalam konteks sebagai forum "kuliah luar biasa" Teologi. Dalam hal ini barangkali lebih tepat dikategorikan sebagai pengutipan untuk mempelajari dan merenungkan sejarah Gereja dan agama. Sebuah sikap wajar dalam konteks ilmiah.

Tetapi aneka majalah, koran, dan media yang pasti butuh tiras dan sejenisnya, menganalisanya secara lain. Sehingga pidato ini menjadi komoditas yang bakal laris manis bak kacang goreng. Mestinya jika ada yang memprotes lebih tepatnya memprotes majalah, koran atau yang mempublikasikan pidato Paus itu. Karena kutipan tertutup Paus memang kaya nuansa untuk ditafsir dan dianalisa.

Padahal, niscaya analisa yang tepat ialah Paus Benedictus XVI hendak mengajak umat Katolik tahu sejarah Gereja dan agama. Bagaimana kita bisa berdialog dengan mereka, kalau kita tidak memahami sejarah gereja secara lengkap, termasuk hal yang buruk-buruknya juga. Memang sejarah gereja secara lengkap hanya diajarkan di bangku kuliah teologi. Disanalah segala kejayaan dan keburukan Gereja diungkap. Bukan pertama-tama ditensikan untuk membuka aib, namun untuk mempelajari sejarah agar tahu menentukan arah. Demikian pula kutipan Paus Benedictus XIV di Aula Magna University of Regensburg bukan untuk menjelekkan atau membuka aib, tetapi untuk membuka mata agar tahu sejarah.

Paus Benedictus XVI tidak menyatakan, dia mengutip. Ini berbeda sekali. Karena itu ketika kutipan tersebut direaksi keras dan penuh kecaman oleh mereka yang tersinggung, Paus sendiri merasa tak enak dan sedih jika kutipannya menyinggung perasaaan.

Seperti yang ditulis CNN:"Pope Benedict XVI has said he is "very upset" that his speech on Islam offended Muslims and expressed his respect for their faith, according to the Vatican. Vatican spokesman Cardinal Tarcisio Bertone said in a statement on Saturday the pope's position on Islam was unmistakably in line with Vatican teaching that the Church "esteems Muslims, who adore the only God." The pope is "very upset that some parts of his speech could have sounded offensive to the sensibility of the Muslim faithful and were interpreted in a way that does not correspond at all to his intentions," Bertone added.
(http://edition.cnn.com/2006/WORLD/europe/09/16/pope.islam/index.html)

Jelaslah bahwa kutipan tersebut bukan dalam konteks kebencian / menjelek-jelekkan dan pelupaan terhadap kebobrokan di rumah sendiri. Kutipan tersebut justru dalam rangka memahami sejarah dan tahu realitas sekaligus undangan untuk dialog antar agama. Satu hal pasti, yang ditekankan Paus ialah sikapnya yang tidak kompromi terhadap kekerasan dalam bentuk apapun."Whoever criticizes the pope misunderstood the aim of his speech," quoted as saying, according to Reuters. "It was an invitation to dialogue between religions and the pope expressedly spoke in favour of this dialogue ... What Benedict XVI emphasised was a decisive and uncompromising renunciation of all forms of violence"
Sangat lucu, jika kutipan tersebut diangkat sebagai upaya negatif membangun dialog antar agama. Paus Benedictus XVI, Vatikan, Gereja Katolik dan kita semua tentu selalu ingin menciptakan dan mengajak orang lain membawa damai. Kalau tidak percaya, kita tunggu saja statement Paus Benedictus XVI yang akan mengunjungi negara Turki, negara berpenduduk Islam terbesar di Eropa, November nanti. (A. Luluk Widyawan, Pr, tinggal di Ponorogo)