Pages

Monday, March 14, 2011

Kehormatan Ada Di Tanggung jawab

Ketika kecil, setiap kali makan siang saya selalu makan bersama bapak, ibu dan saudara. Kami mengambil makanan yang terhidang di meja makan sendiri, satu per satu, secara bergiliran. Tiba saatnya saya mengambil nasi, lalu mencedok sayur, mengambil lauk dan menambahkan sambal serta kecap. Suasana makan yang menyenangkan, apalagi diselingi cerita dari antara kami. Namun ketika semua telah selesai dan membalik sendok serta garpu di atas piring, saya masih menyisakan nasi dan potongan lauk. Spontan ibu menegur supaya saya menghabiskan makanan yang masih tersisa. Kalau saya tidak menghabiskan, berarti saya tidak bertanggung jawab atas apa yang saya ambil sendiri, demikian kata ibu.

Saya sadar, bahwa tadi saya mengambil nasi dan lauk untuk saya makan. Saya sadar bahwa perkataan ibu benar, makanan yang diambil sendiri, harus saya makan sampai habis, bukan hanya kalau ditegur ibu. Itu artinya saya konsekuen dengan apa yang telah saya ambil untuk dimakan. Itu artinya saya bertanggung jawab dengan pilihan saya sebelumnya. Di manapun dan kapanpun, saya harus bertanggung jawab, karena saya terikat dengan keharusan dan kewajiban yang harus saya laksanakan sendiri. Akhirnya, saya mengambil sendok dan memakan habis nasi dan potongan lauk, sehingga piring itu bersih.

Tanggung jawab menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti, keadaan wajib menanggung segala sesuatu. Kalau terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan. Tanggung jawab juga berarti, fungsi menerima pembebanan, sebagai akibat sikap pihak sendiri atau pihak lain. Dengan demikian, seseorang disebut sebagai bertanggung jawab berarti berkewajiban menanggung, memikul tanggung jawab atau menanggung segala sesuatu. Jadi tanggung jawab berhubungan dengan kesadaran seseorang akan tindakan atau perbuatannya. Tanggung jawab berhubungan pula dengan kesadaran akan kewajiban.

Sebaliknya, seseorang yang tidak bertanggung jawab adalah mereka yang tidak memenuhi kewajiban memikul tanggung jawab atau menanggung segala sesuatu. Seseorang itu tidak sadar akan tindakan dan perbuatannya serta tidak sadar akan kewajibannya. Sikap ini merupakan sikap yang tidak pantas. Terlebih jika akibat tindakan atau perbuatannya, ternyata merugikan orang lain.

Misalnya, seseorang mengendarai mobil dengan kecepatan tinggi di jalan raya. Karena kecepatan tinggi itu ia tidak bisa mengendalikan mobilnya ketika ada seseorang yang menyeberang. Akibatnya ia menyerempet penyeberang. Pengendara mobil terus melaju kencang tanpa menghiraukan penyeberang yang jatuh terserempet. Pengendara mobil itu tidak bertanggung jawab, karena ia melanggar kewajiban untuk menanggung tindakannya, membuat jatuh penyeberang. Pengendara mobil itu boleh dituntut, dipersalahkan dan bahkan menerima hukuman karena sikapnya.

Hidup bertanggung jawab mengandaikan suatu kesadaran diri yang tidak hanya berfokus pada keenakan diri sendiri. Kita harus menyadari bahwa kita tidak pernah hidup bagi diri kita sendiri. Kita hidup dalam lingkungan sosial yang peka, di mana sikap ceroboh dan seenaknya dapat merusak, sekurang-kuranya dapat membuat hidup orang lain tidak enak.

“Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut”. Kutipan kalimat tersebut memperingatkan bahwa kita tidak hanya hidup bagi diri kita sendiri. Kita hidup karena orang lain. Maka kita sebaiknya memberi dan menyumbangkan sesuatu bagi orang lain. Hidup kita hanya berhasil, kalau karena kita, hidup orang lain, hidup beberapa orang yang ada di dalam lingkungan kita, dapat menjadi lebih bahagia. Maka, sikap yang harus dihilangkan ialah sikap mencari enak sendiri, seenak sendiri atau seenaknya dalam situasi apapun. Karena tidak ada situasi di mana kita tidak harus bertanggung jawab.

Hidup bertanggung jawab juga dalam arti bahwa kita tidak melemparkan kesalahan yang kita lakukan kepada orang lain. Kita tetap berdiri di belakang sikap yang kita ambil dan perbuatan yang kita lakukan. Kalau kita melakukan kesalahan, kita yang bertanggung jawab atas tindakan dan perbuatan kita. Kalau kita melemparkan tanggung jawab kepada orang lain, itu merupakan sikap seorang pengecut.

Sikap melemparkan kesalahan kepada orang lain, berarti sikap tidak berani bertanggung jawab atas perbuatan sendiri. Ia menyuruh orang lain dituntut atau dipersalahkan. Ia mengalihkan beban yang seharusnya dipikul, kepada orang lain. Orang seperti ini hanya mau mencari selamat bagi dirinya, sekaligus merugikan orang lain. Terlalu banyak orang yang menghindari tanggung jawab dengan menyalahkan orang lain, daripada menghadapi resiko dengan gagah berani dan ksatria.

Albert Einstein pernah mengatakan, the price of greatness is responsibility. Artinya, kehormatan seseorang terletak pada sikap penuh tanggung jawab. Sikap bertanggung jawab adalah sikap yang mulia. Seseorang melakukan tindakan atau perbuatannya dengan penuh kesungguhan dan memenuhi kewajiban dengan segala potensi yang dimiliki. Ia tidak sekedar mencari enak dan seenaknya. Ia sadar bahwa dirinya selalu siap untuk memberi. Bahkan ia siap menghadapi kesulitan dan menanggung segala sesuatu sebagai akibat dari perbuatannya. Ia selalu siap dituntut dan siap menerima beban.

Orang yang bertanggung jawab memiliki kesadaran bahwa setiap tindakan dan perbuatan pasti ada resiko, sekaligus ada pelajaran berharga yang membuatnya berani melangkah ke depan. Dengan kemampuan merefleksikan situasi, ia mengantisipasi sehingga tidak takut menghadapi tantangan, melainkan membentuk niat bagaimana seharusnya bertindak, baru kemudian melakukan tindakan. (Surabaya Post, 11 Maret 2011).