Pages

Sunday, October 16, 2011

Cinta Itu Memberi, Zinah Itu Menjerumuskan

Awal bulan September, seorang perempuan mengalami pelecehan di sebuah angkutan umum. Perempuan itu sedang mengendarai kendaraan umum di malam hari. Memang, sebagaimana data dari komisi nasional untuk urusan wanita, telah ada lebih dari 100.000 kasus kekerasan terhadap perempuan sepanjang tahun. Sebanyak hampir 4 persen adalah kasus pelecehan. Saat itu, mendadak muncul komentar dari pejabat publik, agar perempuan tidak memakai pakaian terbuka, untuk menghindari pelecehan dan tidak menjadi korban.

Himbauan tersebut segera menuai protes dari kaum perempuan. Mereka geram dengan komentar bahwa perempuan yang berpakaian provokatif harus disalahkan. Para aktivis perempuan itu meminta, sebagaimana tulisan yang mereka bawa saat protes, supaya, “Jangan mengatakan kepada kita bagaimana berpakaian, tetapi memberitahu mereka agar tidak memperkosa". Juga tulisan lain yang mengatakan bahwa "Tubuh kami bukan sesuatu yang porno”. Kaum perempuan mendesak agar aparat penegak hukum dan pemerintah lebih melindungi kaum perempuan dan membantu para korban. Pemerintah seharusnya tidak menghakimi melainkan menemukan solusi untuk menekan kekerasan terhadap perempuan.

Aturan hukum dan norma agama dengan tegas menuntut siapapun agar tidak melakukan perzinahan. Larangan zinah diserukan oleh Tuhan melalui Musa dalam 10 Perintah Allah yang berbunyi, "Jangan berzinah". Sabda ini melarang perzinahan meliputi semua tindakan percabulan dan dosa seksual. Perzinahan demikian keji di hadapan Allah, sehingga pelakunya harus dihukum. Perzinahan merupakan tanda pelampiasan nafsu yang tidak terkendali, pemuasan keinginan yang hanya merusak perasaan dan akhirnya menghancurkan kehidupan.

Yesus mengutip hukum Taurat, memberikan pengajaran bahwa mengingini seseorang secara seksual walaupun belum melakukan secara fisik, berarti sudah melakukan zinah. Sebagaimana perkataannNya, “Setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah di dalam hatinya". Kata “hati” di sini bukan hanya mempersoalkan perasaan, tetapi mencakup pikiran, perasaan dan kehendak. Kata-kata "setiap orang yang memandang" dalam bahasa asli, Yunani, menggunakan bentuk maskulin, dengan penekanan terhadap kaum laki-laki. Karena pada umumnya laki-laki dapat menginginkan zinah, hanya karena melihat.

Yesus menekankan bahwa keinginan terhadap perempuan lain adalah perzinahan. Hukum Taurat melarang perzinahan secara lahiriah. Yesus melengkapi, dengan melarang perzinahan di dalam hati. Hal ini menandakan Tuhan sudah memperhitungkan sebagai dosa, ketika manusia memikirkan zinah di dalam hati. Ajaran ini bersifat mendasar dan mencegah tindakan fisik. Karena saat itu, pelanggaran terhadap perintah jangan berzinah, baru dianggap terjadi, jika terjadi perzinahan secara fisik.

Perintah jangan berzinah yang disempurnakan Yesus, hendak mengatakan bahwa Tuhan meminta mengontrol segala keinginan, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu jahat, yang sama dengan penyembahan berhala. Tindakan zinah merupakan lambang ketidaksetiaan. Ini berlawanan dengan sifat Allah yang setia. Allah menginginkan manusia hanya menyembah kepadaNya, bukan yang lain. Manusia seharusnya taat kepada Tuhan dengan setia kepada pasangan.

Keinginan dalam hati hendaknya dikontrol sehingga tidak menjadi tindakan dosa. Tindakan mengontrol berarti menahan keinginan agar tidak sedikitpun mengadakan kompromi dengan nafsu jahat. Tindakan menahan diri berarti mencegah dengan cara memikirkan semua yang benar, yang mulia, yang suci, yang manis, yang sedap didengar dan semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji.

Tubuh dengan segala kelengkapannya, menyangkut seluruh keberadaan manusia. Tubuh diciptakan Tuhan baik adanya. Tubuh dengan seksualitas merupakan energi yang indah, baik, sangat kuat dan suci, yang diberikan Tuhan. Inilah energi untuk mencintai, membangun relasi dan memberikan hidup kepada sesama dan kepada Tuhan. Tubuh dengan segala kelengkapannya dapat terjerumus ke dalam dosa, melalui perzinahan di dalam hati, keinginan melecehkan, tindakan percabulan, pelampiasan nafsu tak terkendali atau ketidaksetiaan terhadap pasangan. Karena itu benar, cinta itu memberi dan zinah itu menjerumuskan. (Surabaya Post, 14 Oktober 2011).