Pages

Monday, January 28, 2013

Natal, Mengasihi Kehidupan

Sebelum Natal saya ditemui oleh seorang perempuan muda. Ia seorang mahasiswi salah satu perguruan tinggi. Ia menceritakan kisah pedih yang dialami. Sambil menangis, ia mengatakan bahwa merasa sangat berdosa. Singkat kata, ia telah mengandung ketika belum siap. Ketika mendapat kepastian kabar tersebut dari dokter, seketika ia merasa masa depannya hancur. Saat itu ia menangis, memikirkan bagaimana menyampaikan kabar itu kepada orang-orang dekat. Sempat ia mengutarakan pada kekasihnya, tetapi apa daya. Kekasihnya marah besar, mengatakan bodoh dan tidak mau bertanggung jawab. Lebih parah lagi, kekasihnya menyarankan menggugurkan saja bayi dalam kandungan. Bagai tersambar petir di siang bolong. Sungguh serasa teriris hatinya. Ketika orang tua mengetahui hal itu, murkalah mereka. Marah, malu dan sedih. Namun dalam lubuk hati terdalam, ia tetap ingin melahirkan anak itu. Ia tidak mau terbeban dosa lagi dan lagi.

Dalam kepedihan, ia tetap mau melahirkan anak yang dikandungnya. Meskipun tanpa seorang suami yang mendampingi. Hanya orang tua yang menemani dengan berat hati. Memang semua harus terjadi. Tak ada yang tahu, peristiwa itu menjadi rahasia. Sampai akhirnya demi menjaga nama baik diri dan keluarga, anak itu harus dititipkan ke sebuah panti asuhan. Orang tuanya mengatakan ia harus mengiklaskan. Semua demi kebaikan, agar ia tetap bisa meneruskan kuliah tanpa harus direpotkan.

Setahun sudah peristiwa itu berjalan. Setiap hari dijalani dengan berusaha tegar. Ia selalu terkenang buah hati yang seharusnya mendapatkan kasih sayang. Tetapi terpaksa jauh dari pelukan. Ia kerap terjaga dalam malam, mengingat anak yang sebenarnya sangat dirindukan. Namun harus terpisahkan.

Tak mudah mengalami kejadian demikian. Betapa pahit ditinggalkan, ditolak tanpa dihargai sebagai manusia juga oleh orang-orang dekatnya. Betapa tersayat perasaan, ketika mendengar agar ia harus melakukan pengguguran. Betapa pedih, mendengar orang tua marah, malu dan harus menanggung beban.

Bukankah ini yang diam-diam dialami perempuan sederhana bernama Maria. Ketika mendengar kabar malaikat ia harus mengandung. Tentu perasaannya tidak karuan. Bingung, gelap dan tak berdaya. Membayangkan sanksi sosial jika orang lain mengetahui kabar itu, padahal ia belum bersuami. Ketika mendengar kabar pemerintahan kaisar Agustus mengadakan sensus, Maria harus menempuh perjalanan jauh dari Nazareth  ke Betlehem sekitar 80 atau 90 mil atau sekitar 130 km. Perjalanan iman yang melelahkan, sarat beban perasaan dan tantangan. Pula ketika hendak melahirkan, tidak ada tempat yang pantas. Sungguh pengalaman yang pedih, melahirkan di sebuah kandang domba sederhana. Belum lagi ancaman dari Raja Herodes, bahwa anak-anak yang lahir akan dibunuh. Namun Maria menjalani semua itu dengan penuh iman.

Diam-diam saya salut kepada keberanian perempuan muda itu, sebagaimana kagum kepada Maria. Mereka adalah perempuan-perempuan hebat. Perempuan yang penuh kasih sayang. Perempuan yang sungguh membela kehidupan. Tak rela anugerah hidup dari Tuhan berupa jabang bayi ditolak dari diri mereka. Tetap memutuskan melahirkan, ketika ada ajakan untuk menggugurkan. Memilih menanggung beban berat dengan penuh kepasrahan, sekalipun banyak tantangan yang menghadang.

Inilah pilihan membela kehidupan, ketika hidup kerap kali justru dihancurkan. Martabat manusia dilecehkan dan direndahkan. Mereka tetap memilih mengutamakan kasih sekalipun dunia anti kasih, tak peduli, meninggalkan, marah atau malu. Mereka mengambil pilihan menanggung beban sekalipun berat. Dalam kehidupan mereka, iman tampak begitu luar biasa. Di tengah pengalaman yang sangat pahit, mereka mewartakan kabar keselamatan. Keselamatan bayi yang mereka kandung.

Inilah pesan Natal, mari kita menghargai hidup dan kehidupan. Kita bersyukur atas anugerah hidup yang diberikan Tuhan. Kita boleh mengalami kasih sayang dari Tuhan melalui orang tua, melalui siapa saja yang berbuat baik kepada kita. Karena mereka, kita bisa hidup, mendapat kasih sayang dan kecukupan. Karena itu mari kita menghargai hidup manusia, siapapun mereka. Bahkan sekalipun mereka miskin atau berbeda dengan kita. Natal mengajarkan untuk mengasihi sesama dalam tindakan nyata.
Dalam diri perempuan itu, dalam diri Maria, kita menyaksikan kasih Allah itu nyata. Mereka memberikan kesaksian tentang kasih yang membawa keselamatan. Allah mengasihi manusia. Allah juga mengasihi orang benar maupun orang jahat. Siapapun tidak lepas dari kasihNya. Jika kita mengutamakan kasih, bahkan ketika menghadapi tantangan, kesulitan, ditinggalkan, ditolak atau dibenci, berarti kita mewartakan kabar keselamatan. Selamat Natal 2012 dan Tahun Baru 2013. (dimuat di Majalah mahasiswa Katolik, Bandung)