Pages

Sunday, December 30, 2012

Natal, Mengasihi Itu Memanusiakan

Pertengahan Desember lalu, salah satu majalah telah memilih dan memuat sosok Walikota Surabaya Tri Rismaharini. Beliau, satu-satunya perempuan, bersama 6 kepala daerah lain menjadi ‘Kepala Daerah Pilihan 2012’. Tidak tanggung-tanggung, majalah tersebut memberi judul tentang apa yang dilakukan oleh Wali Kota Surabaya itu sebagai sosok yang memanusiakan warga.
 
Beberapa hal menarik dari Tri Rismaharini sehingga disebut memanusiakan warga ialah tentang aktivitasnya keluar-masuk lokalisasi untuk membujuk para pekerja seks komersial untuk berganti profesi. Ia datang pada siang hari, sore atau malam. Tekadnya, ia ingin mengurangi lokalisasi di kota Surabaya, tetapi tidak memilih cara menggusur. Ia turun langsung, mengajari para pekerja seks itu dengan aneka keterampilan.
 
Ia memberikan program persiapan dan modal ketika para pekerja seks akan kembali ke daerah asal. Tidak hanya itu, Walikota juga memberikan program penciptaan lapangan kerja bagi warga yang akan kehilangan rejeki. Ia akan menyulap lokalisasi menjadi bermacam fasilitas publik seperti taman kota, taman kanak-kanak serta taman baca. 
 
Inilah salah satu bagian dari cara Wali Kota Surabaya membangun kota dengan manusiawi. Selain membangun taman kota sehingga hijau dan sejuk, membatasi pertumbuhan industri agar kota tidak semakin ruwet, menolak pembangunan tol tengah kota, membatasi reklame sekaligus mempromosikan usaha kecil serta membuka komunikasi warga sehingga Surabaya menjadi kota dengan partisipasi publik terbaik di Asia Pasifik.
 
Memanusiakan manusia, memiliki makna membuat seorang manusia menjadi manusia yang sewajarnya. Memanusiakan manusia dalam konteks program Wali Kota Surabaya ialah, agar mereka menjadi pekerja yang bermartabat, dengan mengembangkan potensi yang dimiliki, sesuai dengan kehendakNya, demi kesejahteraan. Memanusiakan itu juga agar manusia mengalami keselarasan dengan alam, bertumbuh dan berkembang dalam keteraturan, keadilan dan bukan dengan penggusuran. Karena manusia disapa, didengarkan dan dijunjung tinggi martabatnya.
 
Tuhan mengasihi manusia dengan memanusiakan manusia. Ia tidak hanya menyapa, mendengarkan dan memulihkan martabat manusia. Tuhan bahkan mengosongkan diriNya sendiri, mengambil rupa seorang hamba dan menjadi sama dengan manusia. Tuhan tidak acuh tak acuh terhadap situasi manusia, sekalipun manusia tegar tengkuk dan penuh dosa. Tuhan mendengarkan harapan manusia yang merindukan keselamatan. Tuhan yang begitu agung, bersedia datang untuk menyelamatkan manusia.
 
Bayi Yesus sebagai Tuhan yang berinkarnasi, lahir di kandang domba sederhana. KelahiranNya menunjukkan bahwa Tuhan mengalami menjadi manusia dalam keadaaan serba sederhana. Di dalam diri Yesus, Tuhan tidak hanya lahir, tetapi mengalami solidaritas dengan manusia, dengan mengambil tempat di antara manusia yang sederhana.
 
Solidaritas kasih itu tampak dalam penyembuhan Yesus kepada para penderita. Saat itu para penderita dijauhi masyarakat dan dianggap berdosa. Mereka dipaksa tinggal jauh dari daerah berpenduduk karena dianggap rendah. Yesus datang, memberikan kesembuhan dan menerima mereka sebagai sesama manusia. Ia tidak hanya menerima atau menyembuhkan seacara fisik, tetapi mengubah agar mereka diterima masyarakat kembali.
 
Natal mengajak kita kita untuk mengasihi seperti Tuhan telah mengasihi. Sabda menjadi manusia menjadi teladan kita dalam mengasihi. Tuhan menyatakan kasihNya dalam diri Yesus dengan memanusiakan manusia lain. Kita pun diingatkan untuk menjadi manusia yang semakin manusiawi. Kita pun perlu memanusiakan manusia lain.
 
Ki Hajar Dewantara pernah mengatakan bahwa menjadi manusia berarti menjadi semakin paham akan tugas kemanusiaannya dan berguna bagi manusia lainnya. KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) mengungkapkan bahwa menjadi manusia berarti mendahulukan kepentingan manusia di atas kepentingan duniawi sesaat, dengan berpegang pada nilai keadilan, kesetaraan dan persaudaraan. Sementara Romo Mangunwijaya menekankan pentingnya pertumbuhan dan perkembangan manusia menjadi pribadi yang harmonis, berpikir bebas dan berani.
 
Pesan Natal Bersama PGI dan KWI 2012 yang bertema Allah telah Mengasihi Kita, mengajak kita mengasihi dengan memanusiakan sesama dalam rupa: memelihara alam semesta dengan melestarikan dan menjaga ciptaanNya, mengatasi persoalan-persoalan kemanusiaan, memberdayakan sesama yang miskin. Tak ketinggalan ialah menghormati proses hukum dan menegakkan hukum, demi keadilan dan kebaikan seluruh manusia di negeri ini. Semoga di masa yang akan datang kita, seluruh rakyat dan bangsa ini, semakin manusiawi dan memanusiakan sesama. Selamat Natal. (Surabaya Post, 21 Desember 2012)