Pages

Sunday, June 19, 2011

Kesadaran Dan Partisipasi Bermedia

Seorang yang pernah bekerja di bagian penjualan, di departemen iklan sebuah surat kabar menuliskan pengalamannya. Bahwa selama di posisi itu ia menyimpulkan bahwa jenis berita yang menjual adalah berita buruk. Jika surat kabar membuat berita hanya untuk menerbitkan kabar baik, maka surat kabar itu akan cepat bangkrut. Tampaknya masyarakat pada umumnya, memiliki daya tarik terhadap masalah orang lain dan berita jenis tragedi.

Ketika itu ia baru awal bekerja di usia 30 tahun. Ketika mengetahui bahwa kenyataannya demikian, maka ia memutuskan tidak pernah menyukai berita buruk. Ia menunjukkan bukti bahwa jika para pembaca surat kabar mencermati isi dari arus gencarnya berita yang membombardir pikiran pembaca setiap hari, setidaknya 90% dari berita itu adalah berita buruk, bisa dibayangkan dampak dari berita buruk terhadap kondisi kejiwaan masyarakat dari waktu ke waktu. Tidak mengherankan jika di seluruh dunia terjadi peningkatan depresi, kecemasan dan stres.

Inilah kesadaran baru yang perlu, bahwa media juga memberi dampak negatif. Karena, surat kabar dalam dunia bisnis tak lepas untuk menjual berita dan media didorong oleh peringkat. Berita buruk tentu saja lebih memiliki nilai jual atau menjual lima kali lebih cepat, daripada berita atau kabar baik. Sehingga tak pernah ada penerbitan surat kabar yang melulu mengabarkan berita baik.

Media massa turut mempengaruhi pola pikir dan perilaku masyarakat. Media memang menghubungkan individu dan mereproduksi citra diri masyarakat. Pada awal abad pertengahan media dikritik telah melemahkan atau membatasi kemampuan individu untuk bertindak secara otonom. Meskipun kritikus lain mengatakan bahwa pengaruh media pada perilaku orang ini tidak selalu terjadi. Titik kritik teori efek media mengatakan bahwa banyak peniru pembunuhan, bunuh diri dan tindakan kekerasan lain yang hampir selalu terjadi, sebagai semata-mata sifat kejiwaan yang tidak normal. Faktor kekerasan, lingkungan emosional, lalai atau sifat agresif turut mempengaruhi perilaku. Hal ini lebih dari sekedar karena membaca media, menonton film atau mendengarkan musik tertentu. Kebanyakan orang yang melakukan tindakan ini sebenarnya memiliki mental yang tidak stabil.

Di masa kini, dampak buruk perkembangan teknologi media komunikasi tidak bisa dihindari. Suka tidak suka, teknologi sudah di depan mata. Yang paling penting ialah memperlakukannya sesuai dengan kegunaan dan fungsi dengan penuh tanggung jawab. Apalagi mendapatkan atau mengakses informasi merupakan hak asasi setiap orang yang dilindungi negara. Perkembangan teknologi sedikit banyak membawa perubahan perilaku manusia dalam cara berpikir, bersikap dan bertindak. Misalnya, para pengguna bersikap terbuka saat berhubungan satu dengan lainnya. Hal ini perlu didukung dengan kasadaran untuk tetap waspada terhadap pihak-pihak yang mempunyai motivasi dan tujuan negatif serta ingin mengambil keuntungan dari fenomena keterbukaan dan relasi tersebut.

Paus Benedictus XVI menaruh perhatian pada perkembangan teknologi media. Media memiliki kemampuan luar biasa yang serempak, membawa berbagai pertanyaan dan persoalan baru. Meskipun media juga memberikan sumbangan dalam hal penyiaran berita, pengetahuan tentang peristiwa dan penyebaran informasi. Tanpa sumbangan media akan amat sulit mengembangkan dan memperkokoh saling pengertian di antara bangsa-bangsa, memungkin terwujudnya dialog perdamaian, memberikan jaminan akses ke informasi sekaligus menjamin sirkulasi gagasan secara leluasa. Terutama bagi mereka yang menggalakkan gagasan-gagasan kesetiakawanan dan keadilan sosial.

Media bukanlah semata-mata sarana penyebaran gagasan. Media dapat dan harus juga menjadi sarana pelayanan demi terciptanya rasa setia kawan dan keadilan. Sayangnya, media pun sedang berubah menjadi sistem yang bertujuan mendorong manusia untuk menyerah kepada agenda yang didikte oleh kepentingan-kepentingan digdaya masa sekarang. Begitulah kalau komunikasi digunakan untuk maksud-maksud ideologis atau demi reklame agresif produk-produk. Dengan dalih untuk menghadirkan realitas, media dapat mengukuhkan atau memaksakan model-model pribadi, keluarga atau kehidupan sosial yang menyimpang. Bahkan, demi menarik perhatian para pendengar dan meningkatkan jumlah khalayak, ia tidak ragu-ragu menampilkan berbagai pelanggaran, hal-hal yang tidak sopan dan kekerasan. Media juga dapat memperkenalkan dan mendukung model-model pembangunan yang bukannya memperkecil, namun justru memperbesar jurang teknologi antara negara-negara kaya dan miskin

Perkembangan media, hendaknya diikuti kesadaran dan partisipasi bermedia. Pertama, media untuk memperkuat persekutuan, membuat saling terhubung antar anggota dalam komunitas, maupun antar komunitas umat secara luas, bahkan nasional dan internasional. Media internet merupakan kesempatan besar untuk saling menjalin dan meningkatkan komunikasi tentang aneka kehidupan beriman. Komunikasi media di dunia maya memberi kesempatan setiap komunitas terbuka dengan yang lain. Hal ini juga mempromosikan dialog yang dapat berlanjut menjadi apa yang disebut sebagai persekutuan kehidupan iman masa kini. Setiap komunitas dapat bekerjasama dengan komunitas lain untuk dapat membuat sebuah situs web atau jejaring informasi.

Harus diakui, media internet tetaplah dunia maya-sibernetika, yang tidak dapat mengganti relasi interpersonal sebagaimana terjadi dalam persekutuan komunitas nyata. Komunikasi media dunia maya hendaknya berlaku komplementer, tetap dapat dapat membuat orang mengalami pengalaman hidup iman dan meningkatkan semangat religius para pengguna serta menyediakan kesempatan komunikasi anggota.

Kedua, media sebagai sarana memperluas pelayanan dan keprihatinan. Media dapat meningkatkan dan memperluas jangkuan pelayanan, memberi semangat, dukungan dan menjadi ladang yang subur bagi perkembangan komunitas. Media komunikasi memberi kesempatan untuk membagikan buah kehidupan rohani, doa, kesaksian iman maupun kebersamaan hidup dengan membagikan kisah-kisah inspiratif yang tak terceritakan dari setiap anggota komunitas. Media membantu para pengguna mendapatkan konsultasi iman, menampilkan cuplikan kitab suci, tulisan-tulisan inspiratif, kutipan religius, menyajikan spiritualitas kehidupan iman, informasi rohani, pengetahuan iman dan bahkan akses kepada pengunjung yang memberikan respon secara pribadi.

Pada dimensi lain, media menjadi sarana saling mendukung bagi mereka yang kurang beruntung. Sehingga karya pelayanan melalui media berguna pula bagi mereka yang kurang beruntung, misalnya informasi atau menggalang beasiswa pendidikan, lowongan pekerjaan dan bantuan dana sosial.

Kesadaran dan partisipasi bermedia tidak lain merupakan ajakan untuk memanfaatkan media terutama untuk memperteguh persekutuan dan memperluas pelayanan dan keprihatinan. Inilah yang bisa dilakukan untuk mengurangi dampak buruk media. Dengan tetap mewaspadai bahwa media dapat menyebabkan kecanduan, tanpa pendampingan, dapat menyebabkan penyimpangan atau bahkan menghilangkan komunikasi face to face. (Surabaya Post, 17 Juni 2011)