Pages

Sunday, June 09, 2013

Barnabas, Orang Baik, Penuh Roh Kudus dan Iman

Pesta St. Barnabas, Rasul dirayakan pada 11 Juni. Barnabas, seroang rasul pada awalnya hidup di Yerusalem, bahkan sebelum penyaliban Yesus. Ia disebut oleh Klemens dan Eusebius sebagai salah satu dari tujuh puluh murid. Kisah Para Rasul (4:36-37) menuliskan bahwa, ia bertobat menjadi Kristen lama setelah Pentakosta atau sekitar tahun 29 atau 30. Ia bahkan menjual harta miliknya lalu memberikan dana untuk karya kerasulan.

Barnabas hidup dan bekerja sebagai seorang Rasul pada tahun 56 atau 57, ketika Paulus menulis I Korintus. Ia sebagaimana Paulus, mengusahakan penghasilan sendiri untuk menghidupi karya pewartaan. Persabahabatan antara Paulus dan Bernabas sangat utuh.

Ketika Saulus atau Rasul Paulus, melakukan kunjungan pertama ke Yerusalem setelah pertobatan Bernabas, Bernabas memberikan dukungan untuk karya Paulus dan ia diterima oleh Para Rasul lain. Paulus tinggal di Tarsus, sementara Barnabas menetap di Yerusalem.

Barnabas sendiri terkesan oleh Paulus, ia bersemangat untuk segera mewartakan kabar gembira ke Tarsus dan membujuk Paulus agar bisa pergi ke Antiokhia dan mulai mengajar di sana. Mereka menjadi Rasul yang mewartakan kabara gembira kepada orang-orang bukan Yahudi. Mereka bekerja di Antiokhia selama satu tahun dan "mengajarkan banyak hal besar". Ketika terjadi bencana kelaparan, di mana di Yerusalem banyak menderita, persembahan para murid di Antiokhia diberikan kepada banyak orang (Kis 11). Ketika misi mereka berakhir, mereka kembali ke Antiokhia membawa sepupu atau keponakan Barnabas bernama Yohanes Markus, penginjil masa depan (Kis 12:25).

Gereja Antiokhia menjadi terkenal sebagai gereja yang diilhami oleh Roh Kudus yang mampu merintis  pengiriman misionaris ke dunia non-Yahudi, karena karya Barnabas dan Paulus. Dari Siprus, tanah asli Barnabas, mereka mewartakan Injil ke Asia Kecil. Di Perge, Pamfilia merupakan tempat pemberhentian pertama, ketika Yohanes Markus meninggalkan mereka, untuk alasan yang tidak jelas.

Kedua Rasul, Barnabas dan Paulus, terkenal sebagai pewarta yang berani, memasuki wilayah yang belum dikenal, berkhotbah di Antiokhia, di Pisidia, Ikonium, Listra, Derbe dan kota-kota lainnya. Pada setiap kesempatan mereka menghadapi pertentangan dan penganiayaan dengan kekerasan dari orang-orang Yahudi, yang menghasut bangsa-bangsa lain untuk memerangi mereka berdua.

Insiden yang paling mencolok saat perjalanan di Listra. Paulus yang baru saja menyembuhkan seorang lumpuh, dianggap oleh rakyat yang mempercayai tahyul sebagai Dewa Hermes. Sementara Barnabas dianggap sebagai Dewa Jupiter. Rakyat yang dihasut oleh orang Yahudi hendak berbalik menyerang para Rasul dan Paulus hampir saja terluka parah.

Meskipun menghadapi aneka pertentangan dan penganiayaan, Paulus dan Barnabas membuat banyak orang bertobat. Seusai mewartakan saat perjalanan kembali melalui Perge, mereka memperbaiki pengorganisasian gereja, menahbiskan penatua dan menempatkan mereka sebagai pemimpin di antara umat beriman. Dengan cara seperti ini, jemaat merasa diteguhkan dan Paulus dan Barnabas merasa semangat melihat perkembangan jemaat , sebagimana tertulis, Allah telah "membuka pintu iman bagi bangsa-bangsa lain" (Kis 13:13-14:27).

Barnabas dan Paulus menghadapi masalah di Antiokhia. Saat itu mereka menghadapi ancaman kehancuran dan perpecahan jemaat yang telah mereka rintis. Seorang pengkhotbah yang datang dari Yerusalem menyatakan bahwa bahwa sunat diperlukan untuk keselamatan, bahkan untuk bangsa-bangsa lain. Para Rasul bangsa-bangsa lain, memahami, namun sadar bahwa doktrin ini akan berakibat fatal bagi karya-karya jemaat yang telah mereka rintis. Barnabas dan Paulus pergi ke Yerusalem untuk merundingkan hal itu, para Rasul menerima mereka dengan baik dan menyepakati apa yang kemudian disebut Konsili Yerusalem (AD 47-51). Keputusan Konsili mengembirakan hati mereka, bahwa yang utama bukan sunat atau tidak sunat, melainkan percaya kepada Tuhan. (Kis 14:27-15:30).

Ketika mereka kembali ke Antiokhia, mereka melanjutkan pewartaan. St Petrus hadir, saling berkomunikasi bersama bangsa-bangsa lain dan makan bersama mereka. Tindakan ini memicu ketidaksenangan murid Yakobus, menurut mereka, tindakan Petrus melanggar hukum. Petrus rupanya takut tidak menyenangkan mereka, sehingga menolak makan dengan bangsa-bangsa lain. Barnabas mengikuti teladan Petrus. Sebaliknya Paulus menganggap bahwa mereka tidak berjalan tegak sesuai dengan kebenaran injil dan mencela mereka.

Karena peristiwa itu, Barnabas dan Paulus memutuskan untuk meninjau kembali misi mereka. Barnabas ingin membawa Yohanes Markus bersama sekali lagi, tetapi karena pembelotan sebelumnya, Paulus keberatan. Sebuah pertentangan tajam terjadi, para Rasul sepakat berpisah. Paulus agak dipengaruhi oleh sikap yang diambil oleh Barnabas. Barnabas berlayar dengan Yohanes Markus ke Siprus, sedangkan Paulus mengajak Silas, mengadakan kunjungan kembali ke gereja-gereja di Asia Kecil

Berbagai tradisi mencatat, Barnabas sebagai Uskup pertama Milan, karena pernah berkhotbah di Alexandria dan di Roma. Barnabas telah menjadi orang yang paling terhormat dari generasi Kristen pertama. St Lukas mengisahkan tentang ia sebagai orang baik, penuh dengan Roh Kudus dan iman. Sebutan itu muncul bukan hanya dari kebaikan hatinya, kesucian pribadi dan pekerjaan misionarisnya, tetapi juga dari kesiapannya untuk mengesampingkan prasangka Yahudi, tentang sunat dan pewartaan kepada bangsa-bangsa lain. Gereja berhutang atas pengabdian seorang Rasul besar. KelembutanNya terhadap Yohanes Markus yang membelot dalam pewartaan, tampaknya telah mengundang penghargaan. (Surabaya Post, 7 Juni 2013)